Saling
kunjung mengunjungi merupakan sebuah kebutuhan bagi kita sebagai makhluk sosial.
akan tetapi, banyak kita saksikan dalam hal bertamu ini, sering kali terjadi
hal-hal yang tidak sesuai dengan adab-adab yang diajarkan oleh islam. Apa yang
seharusnya dilakukan oleh orang yang bertamu dan tuan rumah, supaya acara saling
kunjung mengunjungi tetap nyaman?. Berikut ini akan kita bahas tentang
adab-adab bertamu yang sesuai dengan petunjuk al-qur’an dan as-Sunnah yang
mulia.
Adab bertamu yang pertama adalah
Memperbaiki Niat.
Niat merupakan landasan dasar dalam setiap
amalan. Hendaklah setiap muslim yang akan bertamu, selain untuk menunaikan
hajatnya, juga diniatkan untuk menyambung silaturahim dan mempererat ukhuwah.
Sehingga, tidak ada satu amalan pun yang ia perbuat melainkan berguna bagi
agama dan dunianya.
Rosululloh bersabda,
“Sesungguhnya seluruh amal
perbuatan itu sesuai dengan niatnya, dan setiap orang mendapatkan balasan
tergantung pada apa yang ia niatkan”. Hadits Riwayat Bukhari.
Berkaitan dengan hadits ini, Seorang ulama dari kalangan tabi’in
yang bernama Abdulloh bin Mubarak berkata, “Bisa jadi amal kecil akan menjadi
besar dikarenakan niatnya, dan bisa jadi sebuah amal besar menjadi kecil
dikarenakan niatnya”.
Adab kedua bagi orang yang hendak
bertamu, yaitu memberitahukan perihal kedatangannya dan meminta Izin sebelum bertamu.
Adab ini sangat penting untuk diperhatikan. Mengapa?,
Karena tidak setiap waktu dan tidak setiap muslim itu siap menerima tamu. Barangkali
tuan rumah punya keperluan atau hajat yang harus ditunaikan sehingga tidak bisa
ditemui. Atau tuan rumah sedang dalam keadaan sempit dalam materi, sehingga
tidak bisa menjamu tamu sebagaimana dianjurkan oleh syari’at.
Alloh telah memberikan kemudahan kepada kita berupa
sarana-sarana komunikasi seperti surat,
telepon, sms, dan fasilitas lainnya yang bisa kita gunakan untuk memberitahukan
perihal kedatangan kita untuk bertamu.
Selanjutnya, adab ketiga adalah, menentukan
Awal dan Akhir Waktu Bertamu.
Menentukan awal dan akhir
waktu bertamu merupakan alat kendali dalam mengefisienkan waktu bertamu, pada
realita zaman sekarang, banyak kita saksikan orang-orang yang bertamu tidak
tahu waktu, bahkan kadang seharian bertamu tanpa kepentingan yang terlalu urgen.
padahal, tidak mungkin seluruh waktu hanya habis untuk bertamu dan melayani
tamu. Setiap aktifitas selalu dibatasi oleh aktifitas lainnya, baik bagi yang
bertamu maupun tuan rumah. jika memang keperluannya telah selesai, maka
hendaknya tamu segera berpamitan pulang, sehingga waktu tidak terbuang sia-sia
dan tidak memberatkan tuan rumah dalam pelayanan, karena mungkin saja sang tuan
rumah mempunyai keperluan yang lebih penting.
Rosululloh bersabda, “Apabila salah seorang di
antara kamu telah selesai dari maksud bepergiannya, maka hendaklah ia segera
kembali menuju keluarganya”,
Adab keempat bagi orang yang
hendak bertamu adalah, memilih waktu yang tepat.
Di antara waktu-waktu yang biasanya orang tidak suka
untuk menerima tamu adalah larut malam, pagi-pagi buta atau di tengah hari.
Dalam hal ini Alloh mengisyaratkan tiga waktu yang
biasanya orang tidak mau diganggu. dalam surat An-Nur ayat ke-58 Alloh berfirman,
''Hai orang-orang yang beriman,
hendaklah budak-budak lelaki dan wanita yang kalian miliki dan orang-orang yang
belum balig di antara kalian, meminta izin kepada kalian tiga kali dalam satu
hari yaitu, sebelum sholat subuh, ketika kalian menanggalkan pakaian luar
kalian di tengah hari, dan sesudah sholat Isya'. Itulah tiga 'aurat bagi kalian”.
Ayat ini menjelaskan kepada kita tentang etika waktu
yang tepat untuk bertamu.
Kemudian, adab yang kelima adalah,
mengetuk pintu sebanyak tiga kali dengan perlahan, dan tidak menghadap di depan
pintu.
Pada ketukan pertama bisa jadi tuan rumah telah
mendengar, dan pada ketukan ke dua tuan rumah bersiap-siap, terakhir pada
ketukan ketiga tuan rumah mengizinkan masuk.
jika dizinkan masuk, maka tamu boleh masuk, tetapi jika tidak diizinkan,
maka tamu tidak boleh masuk.
Selain itu, jangan mengetuk pintu terlalu keras hingga
membuat tuan rumah terkejut atau merasa terganggu. demikian juga jangan menekan
bel terus menerus. sebab, bisa jadi orang yang berada di dalam rumah kaget dan
akan menyangka telah terjadi sesuatu.
Adapun posisi kita ketika meminta izin masuk,
hendaknya berdiri di sisi kanan atau kiri pintu, kita tidak diperkenankan
menghadapkan wajah ke pintu, karena bisa jadi aurat tuan rumah akan tersingkap
ketika pintu terbuka.
Adab keenam yang harus
diperhatikan bagi orang yang bertamu adalah, berwajah Ceria, Bertutur Kata
Lembut dan Baik Ketika Bertemu.
Wajah muram dan tutur kata kasar merupakan perangai
yang tidak disenangi oleh setiap manusia. Alloh telah memerintahkan untuk
bersikap lemah lembut, baik dalam rona wajah, maupun tutur kata kepada setiap
bani Adam, dan lebih khusus lagi terhadap orang-orang yang beriman. Alloh menegaskan
dalam Surat Al-Hijr ayat yang ke 88,
“Dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman”.
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat tersebut, “Maksudnya bersikap
lemah lembutlah kepada mereka sebagaimana firman Alloh , “Sesungguhnya telah
datang kepada kalian seorang Rasul dari kaum kalian sendiri, berat terasa
olehnya penderitaan kalian, sangat menginginkan keimanan dan keselamatan bagi
kalian, amat belas kasihan lagi penyayang kepada orang-orang beriman”.
Rosululloh bersabda: “Janganlah sekali-kali kamu
meremehkan sedikitpun dari kebaikan-kebaikan, meskipun kamu hanya menjumpai
saudaramu dengan muka yang berseri-seri”.
Selain berwajah ceria dan bertutur kata lembut, yang
lebih penting untuk diperhatikan adalah hendaknya tamu berkata baik dan benar,
tanpa dibarengi dengan kedustaan apalagi dengan niat untuk mengadu domba.
Rosululloh dengan tegas telah memberi peringatan,
dengan sabdanya,
“Barangsiapa yang beriman kepada Alloh dan
hari akhir, maka hendaklah ia berkata baik atau diam”.
Nabi menggandengkan kata iman dengan pilihan antara
berbicara baik atau diam. artinya, jika seseorang tidak mengambil dua pilihan
ini, maka ia dikatakan tidak beriman dalam arti, imannya tidak sempurna.
Selanjutnya, adab yang ketujuh
bagi tamu adalah, meminimalkan keseringan dalam bertamu.
Maksudnya, mengatur frekuensi bertamu sesuai dengan kebutuhan.
Hal itu merupakan sikap pertengahan antara terlalu sering dan terlalu jarang.
Terlalu sering bertamu, akan menyebabkan kebosanan dan kejenuhan, sehingga
terkadang sampai menimbulkan rasa kurang senang. Sebaliknya, jika terlalu
jarang mengunjungi, bisa mengakibatkan putusnya hubungan silaturahim dan
kekeluargaan.
Adab kedelapan, jika mampu
dianjurkan membawa sesuatu sebagai hadiah.
Memberi hadiah termasuk amal kebaikan yang dianjurkan.
Sikap saling memberi hadiah dapat menimbulkan perasaan cinta dan kasih sayang,
karena pada dasarnya jiwa manusia senang pada pemberian. Pemberian hadiah
merupakan syariat islam yang mulia yang dapat menumbuhkan cinta dan kasih
sayang terhadap sesama.
Adab yang kesembilan adalah, tidak
boleh seorang laki-laki bertamu kepada wanita, yang suaminya atau mahramnya
tidak ada di rumah.
Mengenai hal ini, Rosululloh melarang sangat keras. Sebagaimana dalam
hadits shohih riwayat Bukhori dan Muslim, Nabi bersabda,
“Janganlah sekali-kali menjumpai
wanita”. Maka seorang laki-laki dari kaum Anshar bertanya:
“Wahai Rosululloh, bagaimana dengan Al-Hamwu?”. Beliau menjawab : “Al-Hamwu
adalah maut”.
Yang dimaksud dengan al-Hamwu yaitu keluarga laki-laki
dari pihak suami, dan keluarga perempuan dari pihak istri. Dan yang dimaksudkan
di sini adalah saudara laki-laki suami atau ipar, sebab dia bukan mahram bagi
istri.
Tentang kalimat “Al-Hamwu adalah maut” seorang ulama
berkata, “Ini adalah kalimat yang diucapkan oleh orang Arab, sama dengan
ungkapan, serigala adalah maut. Artinya, bertemu serigala sama dengan bertemu
maut”.
Jika saudara ipar saja di
sebut al maut oleh Rosululloh , apalagi orang lain yang sangat asing bagi kita.
ADAB BERTAMU
Reviewed by abahadam
on
Oktober 25, 2017
Rating:
Tidak ada komentar: